Konsep Tuhan Menurut Aristoteles dan Islam
AMIRUDDIN
D03208083
Bagi orang yang yang menggunakan akal dan pikirannya, menganggap tuhan itu sangat dahsyat karena telah menciptakan sesuatu yang begitu bervariatif dan berpasang-pasangan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk tatanan kehidupan lebih indah dan teratur. Dari keserba teraturann itulah membuat para pemikir mencari dan terus mencari, siapa pencipta dan pengatur alam semesta ini yang sebenarnya? Bagi para pemikir bebas lebih cenderung menggunakan pikirannya ketimbang fatwa para duta ilahi yang telah menerangkan bentuk dan keberadaan tuhan itu.
Mereka akan merasa resah kalau pikirannya masih belum menemukan titik terang untuk itu, mereka terus mencari dan bertanya-tanya: Siapa wujud yang disebut Allah oleh orang Islam, God oleh orang Barat, dan Khudo oleh orang Persia? Apa sifat-sifat-Nya? Apa hubungannya dengan kita? Bagaimana cara kita berhubungan dengan-Nya? Dan seterusnya. Dengan demikian kami akan mencoba membandingkan konsep tuhan yang telah dirintis oleh aristoteles dengan konsep tuhan menurut kaca mata islam.
1. tuhan versi arestoteles
Arestoteles mempercayai adanya tuhan. Menurutnya, tuhan adalah forma murni dan aktulitas; pada dirinya, dengan demikian, mustahil terjadi perubahan[1]. Tuhan itu menurut arestoteles pula, berhubungan dengan dirinya sendiri dan tidak berhubungan dengan dengan alam ini[2]. Ia berkeyakinan bahwa alam ini tidak ada yang menciptan dalam artian tidak di ciptakan oleh siapa pun akan tetapi ada dengan sendirinya sejak dahulu kala. Adapun bukti utama dari adanya tuhan menurut dia adalah konsep tentang kausa prima: pastilah ada sesuatu yang menciptakan gerak, dan sesuatu ini pada dirinya haruslah tak tergerakkan, dan pasti abadi, dan merupakan substansi serta aktualitas. Tuhan melahirkan gerak dengan jalan dicintai, sedangkan hal-hal lain menyebabkan terjadinya gerak dengan cara dirinya sendiri harus bergerak. Oleh karenanya, Tuhan versi Arestoteles bukan Pencipta alam, tetapi sebagai penyebab gerak (a first cause of mintion; prima cause). Dan jug sebagai penggerak alam itu sendiri yang diyakininya sebagai Tuhan; penggerak yang ia sendiri tidak bergerak. Ciri paling dominan yang dimiliki oleh Tuhan versi Arestoteles ini adalah ia penggerak dan ia sendiri tak bergerak. Adapun poin penting dalam pengenalan Tuhan dalam perspektif Arestoteles adalah Tuhan tidak layak disembah, dicintai dan dinanti pertolongan-Nya. Tuhan Arestoteles tidak bisa menjawab dan membalas cinta hamba-Nya. Ia tidak memiliki andil sedikitpun dalam setiap tindakan manusia. Ia hanya sibuk memikirkan diri-Nya sendiri.
2. konsep tuhan dalam islam
Berbeda dengan konsep ketuhanan menurut arestoteles. Menurut agama islam tuhan adalah dzat yang maha pencipta dan paling peduli terhadap urusan makhlunya dan mengontrol terus aktifitas manusia Karenya tidak ada Sesuatu pun yang bisa menghindar dari penglihatan Allah. karena Dia yang sesungguhnya lebih dekat dari urat leher nadi manusi. Dialah yang telah menciptakan bumi dan langit. Sebagaimana dalam Al-qur’an dijelaskan:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
Artinya: “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”[3].
Menurut Al-Qur’an, Tuhan adalah Maha Luas (rahmat-Nya), Maha Mengetahui (العليم) Paling Cepat Menghisap,Maha Hidup, Maha Kekal dan Senantiasa Mengurus Makhluk-Nya, Maha Tinggi, Maha Besar, Maha Benar (Maha Benar, Tepat dan Pemilik Hakikat), Dzat Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, Tuhan Yang Tidak Bergantung pada sesuatu yang lain, dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya.Tuhan adalah Maujud sebelum terwujudnya segala sesuatu, dan sekaligus Ia Akhir dari segala sesuatu, Maha Zhâhir dan sekaligus Bâthin dan masih banyak lagi sifat Allah yang tidak saya paparkan pada tulisan ini.
Telah saya jelaskan bahwa wujud Tuhan adalah hal yang jelas. Dan keyakinan itu termasuk fitrah manusia. Artinya keyakinan ini muncul dari lubuk hati manusia. Akan tapi, hal ini bukan berarti tidak ada argumen dan dalil untuk membuktikan-Nya. Ada beberapa argumentasi yang sudah pernah muncul di sepanjang sejarah. Salah satu dari argumentasi tersimpel dan tergamblang adalah argumentasi keteratuaran. Argumen ini memiliki dua proposisi:
a. Ada sebuah sistem harmonis dan teratur dalam dunia ini.
b.Setiap sesuatu yang harmonis dan teratur pasti memiliki pengatur. Dengan demikian, keteraturan dan keharmonisan alam memiliki pengatur.
Pemahaman kandungan argumentasi ini sangatlah mudah. Setiap manusia, orang buta huruf sekalipun, mampu memahaminya, dan keberadaan Tuhan sebagai pengatur akan dapat dipahami dengan mengamati efek dan dampak keteraturan alam. Tak seorang pun dapat memungkiri – kecuali para penolak keberadaan Tuhan –, bahwa alam memiliki keteraturan. Keharmonisan dan keteraturan inilah yang menjadi bahan kajian dan telaah ilmu-ilmu empirik. Dengan berkembangnya sains dan ilmu pengetahuan, pentas dan nuansa baru tentang sistem baru alam mulai terkuak. Sekarang ini, jika kita bertanya kepada seorang ilmuwan tentang keteraturan alam, baik ia meyakini Tuhan atau tidak, ia akan menjawab bahwa di dalam alam ini terdapat sebuah sistem menakjubkan nan mempesona, mulai dari kinerja super detail organ-organ tubuh kita, keharmonisan yang terjalin di antara masing-masing organ tubuh dengan organ yang lain atom terkecil dari wujud kita (senyawa) dan kerangkanya yang rumit, sampai pada masing-masing organ-organ tubuh kita (hati, otak, saluran urat nadi), hubungan dan kerja sama erat antara satu dan yang lain, sampai kumpulan besar langit yang kita ketahui, semua berjalan sesuai dengan keteraturan yang detail, sempurna, dan menakjubkan. Sedang pencipta ketereturan itu adalah Allah yang maha pencipta segala sesuatu. Dialah pencipta keteraturan dan tidak ada patner baginya pada setiap penciptaan.
Jadi, jelaslah bahwa konsep ketuhanan Arestoteles yang menurutnya tidak mengurusi kehidupan manusia tetapi dalam konsep islam tuhan (Allah) adalah sangat peduli terhadap ciptaannya dengan mengaturnya sehingga tidak terjadi kekalang kabutan dalam hidup, sehingga dengan demikian terciptalah keharmonisan dan keteraturan hidup.
12.19.2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
aristoteles vs islam
Konsep Tuhan Menurut Aristoteles dan Islam
AMIRUDDIN
D03208083
Bagi orang yang yang menggunakan akal dan pikirannya, menganggap tuhan itu sangat dahsyat karena telah menciptakan sesuatu yang begitu bervariatif dan berpasang-pasangan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk tatanan kehidupan lebih indah dan teratur. Dari keserba teraturann itulah membuat para pemikir mencari dan terus mencari, siapa pencipta dan pengatur alam semesta ini yang sebenarnya? Bagi para pemikir bebas lebih cenderung menggunakan pikirannya ketimbang fatwa para duta ilahi yang telah menerangkan bentuk dan keberadaan tuhan itu.
Mereka akan merasa resah kalau pikirannya masih belum menemukan titik terang untuk itu, mereka terus mencari dan bertanya-tanya: Siapa wujud yang disebut Allah oleh orang Islam, God oleh orang Barat, dan Khudo oleh orang Persia? Apa sifat-sifat-Nya? Apa hubungannya dengan kita? Bagaimana cara kita berhubungan dengan-Nya? Dan seterusnya. Dengan demikian kami akan mencoba membandingkan konsep tuhan yang telah dirintis oleh aristoteles dengan konsep tuhan menurut kaca mata islam.
1. tuhan versi arestoteles
Arestoteles mempercayai adanya tuhan. Menurutnya, tuhan adalah forma murni dan aktulitas; pada dirinya, dengan demikian, mustahil terjadi perubahan[1]. Tuhan itu menurut arestoteles pula, berhubungan dengan dirinya sendiri dan tidak berhubungan dengan dengan alam ini[2]. Ia berkeyakinan bahwa alam ini tidak ada yang menciptan dalam artian tidak di ciptakan oleh siapa pun akan tetapi ada dengan sendirinya sejak dahulu kala. Adapun bukti utama dari adanya tuhan menurut dia adalah konsep tentang kausa prima: pastilah ada sesuatu yang menciptakan gerak, dan sesuatu ini pada dirinya haruslah tak tergerakkan, dan pasti abadi, dan merupakan substansi serta aktualitas. Tuhan melahirkan gerak dengan jalan dicintai, sedangkan hal-hal lain menyebabkan terjadinya gerak dengan cara dirinya sendiri harus bergerak. Oleh karenanya, Tuhan versi Arestoteles bukan Pencipta alam, tetapi sebagai penyebab gerak (a first cause of mintion; prima cause). Dan jug sebagai penggerak alam itu sendiri yang diyakininya sebagai Tuhan; penggerak yang ia sendiri tidak bergerak. Ciri paling dominan yang dimiliki oleh Tuhan versi Arestoteles ini adalah ia penggerak dan ia sendiri tak bergerak. Adapun poin penting dalam pengenalan Tuhan dalam perspektif Arestoteles adalah Tuhan tidak layak disembah, dicintai dan dinanti pertolongan-Nya. Tuhan Arestoteles tidak bisa menjawab dan membalas cinta hamba-Nya. Ia tidak memiliki andil sedikitpun dalam setiap tindakan manusia. Ia hanya sibuk memikirkan diri-Nya sendiri.
2. konsep tuhan dalam islam
Berbeda dengan konsep ketuhanan menurut arestoteles. Menurut agama islam tuhan adalah dzat yang maha pencipta dan paling peduli terhadap urusan makhlunya dan mengontrol terus aktifitas manusia Karenya tidak ada Sesuatu pun yang bisa menghindar dari penglihatan Allah. karena Dia yang sesungguhnya lebih dekat dari urat leher nadi manusi. Dialah yang telah menciptakan bumi dan langit. Sebagaimana dalam Al-qur’an dijelaskan:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
Artinya: “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”[3].
Menurut Al-Qur’an, Tuhan adalah Maha Luas (rahmat-Nya), Maha Mengetahui (العليم) Paling Cepat Menghisap,Maha Hidup, Maha Kekal dan Senantiasa Mengurus Makhluk-Nya, Maha Tinggi, Maha Besar, Maha Benar (Maha Benar, Tepat dan Pemilik Hakikat), Dzat Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, Tuhan Yang Tidak Bergantung pada sesuatu yang lain, dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya.Tuhan adalah Maujud sebelum terwujudnya segala sesuatu, dan sekaligus Ia Akhir dari segala sesuatu, Maha Zhâhir dan sekaligus Bâthin dan masih banyak lagi sifat Allah yang tidak saya paparkan pada tulisan ini.
Telah saya jelaskan bahwa wujud Tuhan adalah hal yang jelas. Dan keyakinan itu termasuk fitrah manusia. Artinya keyakinan ini muncul dari lubuk hati manusia. Akan tapi, hal ini bukan berarti tidak ada argumen dan dalil untuk membuktikan-Nya. Ada beberapa argumentasi yang sudah pernah muncul di sepanjang sejarah. Salah satu dari argumentasi tersimpel dan tergamblang adalah argumentasi keteratuaran. Argumen ini memiliki dua proposisi:
a. Ada sebuah sistem harmonis dan teratur dalam dunia ini.
b.Setiap sesuatu yang harmonis dan teratur pasti memiliki pengatur. Dengan demikian, keteraturan dan keharmonisan alam memiliki pengatur.
Pemahaman kandungan argumentasi ini sangatlah mudah. Setiap manusia, orang buta huruf sekalipun, mampu memahaminya, dan keberadaan Tuhan sebagai pengatur akan dapat dipahami dengan mengamati efek dan dampak keteraturan alam. Tak seorang pun dapat memungkiri – kecuali para penolak keberadaan Tuhan –, bahwa alam memiliki keteraturan. Keharmonisan dan keteraturan inilah yang menjadi bahan kajian dan telaah ilmu-ilmu empirik. Dengan berkembangnya sains dan ilmu pengetahuan, pentas dan nuansa baru tentang sistem baru alam mulai terkuak. Sekarang ini, jika kita bertanya kepada seorang ilmuwan tentang keteraturan alam, baik ia meyakini Tuhan atau tidak, ia akan menjawab bahwa di dalam alam ini terdapat sebuah sistem menakjubkan nan mempesona, mulai dari kinerja super detail organ-organ tubuh kita, keharmonisan yang terjalin di antara masing-masing organ tubuh dengan organ yang lain atom terkecil dari wujud kita (senyawa) dan kerangkanya yang rumit, sampai pada masing-masing organ-organ tubuh kita (hati, otak, saluran urat nadi), hubungan dan kerja sama erat antara satu dan yang lain, sampai kumpulan besar langit yang kita ketahui, semua berjalan sesuai dengan keteraturan yang detail, sempurna, dan menakjubkan. Sedang pencipta ketereturan itu adalah Allah yang maha pencipta segala sesuatu. Dialah pencipta keteraturan dan tidak ada patner baginya pada setiap penciptaan.
Jadi, jelaslah bahwa konsep ketuhanan Arestoteles yang menurutnya tidak mengurusi kehidupan manusia tetapi dalam konsep islam tuhan (Allah) adalah sangat peduli terhadap ciptaannya dengan mengaturnya sehingga tidak terjadi kekalang kabutan dalam hidup, sehingga dengan demikian terciptalah keharmonisan dan keteraturan hidup.
AMIRUDDIN
D03208083
Bagi orang yang yang menggunakan akal dan pikirannya, menganggap tuhan itu sangat dahsyat karena telah menciptakan sesuatu yang begitu bervariatif dan berpasang-pasangan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk tatanan kehidupan lebih indah dan teratur. Dari keserba teraturann itulah membuat para pemikir mencari dan terus mencari, siapa pencipta dan pengatur alam semesta ini yang sebenarnya? Bagi para pemikir bebas lebih cenderung menggunakan pikirannya ketimbang fatwa para duta ilahi yang telah menerangkan bentuk dan keberadaan tuhan itu.
Mereka akan merasa resah kalau pikirannya masih belum menemukan titik terang untuk itu, mereka terus mencari dan bertanya-tanya: Siapa wujud yang disebut Allah oleh orang Islam, God oleh orang Barat, dan Khudo oleh orang Persia? Apa sifat-sifat-Nya? Apa hubungannya dengan kita? Bagaimana cara kita berhubungan dengan-Nya? Dan seterusnya. Dengan demikian kami akan mencoba membandingkan konsep tuhan yang telah dirintis oleh aristoteles dengan konsep tuhan menurut kaca mata islam.
1. tuhan versi arestoteles
Arestoteles mempercayai adanya tuhan. Menurutnya, tuhan adalah forma murni dan aktulitas; pada dirinya, dengan demikian, mustahil terjadi perubahan[1]. Tuhan itu menurut arestoteles pula, berhubungan dengan dirinya sendiri dan tidak berhubungan dengan dengan alam ini[2]. Ia berkeyakinan bahwa alam ini tidak ada yang menciptan dalam artian tidak di ciptakan oleh siapa pun akan tetapi ada dengan sendirinya sejak dahulu kala. Adapun bukti utama dari adanya tuhan menurut dia adalah konsep tentang kausa prima: pastilah ada sesuatu yang menciptakan gerak, dan sesuatu ini pada dirinya haruslah tak tergerakkan, dan pasti abadi, dan merupakan substansi serta aktualitas. Tuhan melahirkan gerak dengan jalan dicintai, sedangkan hal-hal lain menyebabkan terjadinya gerak dengan cara dirinya sendiri harus bergerak. Oleh karenanya, Tuhan versi Arestoteles bukan Pencipta alam, tetapi sebagai penyebab gerak (a first cause of mintion; prima cause). Dan jug sebagai penggerak alam itu sendiri yang diyakininya sebagai Tuhan; penggerak yang ia sendiri tidak bergerak. Ciri paling dominan yang dimiliki oleh Tuhan versi Arestoteles ini adalah ia penggerak dan ia sendiri tak bergerak. Adapun poin penting dalam pengenalan Tuhan dalam perspektif Arestoteles adalah Tuhan tidak layak disembah, dicintai dan dinanti pertolongan-Nya. Tuhan Arestoteles tidak bisa menjawab dan membalas cinta hamba-Nya. Ia tidak memiliki andil sedikitpun dalam setiap tindakan manusia. Ia hanya sibuk memikirkan diri-Nya sendiri.
2. konsep tuhan dalam islam
Berbeda dengan konsep ketuhanan menurut arestoteles. Menurut agama islam tuhan adalah dzat yang maha pencipta dan paling peduli terhadap urusan makhlunya dan mengontrol terus aktifitas manusia Karenya tidak ada Sesuatu pun yang bisa menghindar dari penglihatan Allah. karena Dia yang sesungguhnya lebih dekat dari urat leher nadi manusi. Dialah yang telah menciptakan bumi dan langit. Sebagaimana dalam Al-qur’an dijelaskan:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
Artinya: “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”[3].
Menurut Al-Qur’an, Tuhan adalah Maha Luas (rahmat-Nya), Maha Mengetahui (العليم) Paling Cepat Menghisap,Maha Hidup, Maha Kekal dan Senantiasa Mengurus Makhluk-Nya, Maha Tinggi, Maha Besar, Maha Benar (Maha Benar, Tepat dan Pemilik Hakikat), Dzat Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, Tuhan Yang Tidak Bergantung pada sesuatu yang lain, dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya.Tuhan adalah Maujud sebelum terwujudnya segala sesuatu, dan sekaligus Ia Akhir dari segala sesuatu, Maha Zhâhir dan sekaligus Bâthin dan masih banyak lagi sifat Allah yang tidak saya paparkan pada tulisan ini.
Telah saya jelaskan bahwa wujud Tuhan adalah hal yang jelas. Dan keyakinan itu termasuk fitrah manusia. Artinya keyakinan ini muncul dari lubuk hati manusia. Akan tapi, hal ini bukan berarti tidak ada argumen dan dalil untuk membuktikan-Nya. Ada beberapa argumentasi yang sudah pernah muncul di sepanjang sejarah. Salah satu dari argumentasi tersimpel dan tergamblang adalah argumentasi keteratuaran. Argumen ini memiliki dua proposisi:
a. Ada sebuah sistem harmonis dan teratur dalam dunia ini.
b.Setiap sesuatu yang harmonis dan teratur pasti memiliki pengatur. Dengan demikian, keteraturan dan keharmonisan alam memiliki pengatur.
Pemahaman kandungan argumentasi ini sangatlah mudah. Setiap manusia, orang buta huruf sekalipun, mampu memahaminya, dan keberadaan Tuhan sebagai pengatur akan dapat dipahami dengan mengamati efek dan dampak keteraturan alam. Tak seorang pun dapat memungkiri – kecuali para penolak keberadaan Tuhan –, bahwa alam memiliki keteraturan. Keharmonisan dan keteraturan inilah yang menjadi bahan kajian dan telaah ilmu-ilmu empirik. Dengan berkembangnya sains dan ilmu pengetahuan, pentas dan nuansa baru tentang sistem baru alam mulai terkuak. Sekarang ini, jika kita bertanya kepada seorang ilmuwan tentang keteraturan alam, baik ia meyakini Tuhan atau tidak, ia akan menjawab bahwa di dalam alam ini terdapat sebuah sistem menakjubkan nan mempesona, mulai dari kinerja super detail organ-organ tubuh kita, keharmonisan yang terjalin di antara masing-masing organ tubuh dengan organ yang lain atom terkecil dari wujud kita (senyawa) dan kerangkanya yang rumit, sampai pada masing-masing organ-organ tubuh kita (hati, otak, saluran urat nadi), hubungan dan kerja sama erat antara satu dan yang lain, sampai kumpulan besar langit yang kita ketahui, semua berjalan sesuai dengan keteraturan yang detail, sempurna, dan menakjubkan. Sedang pencipta ketereturan itu adalah Allah yang maha pencipta segala sesuatu. Dialah pencipta keteraturan dan tidak ada patner baginya pada setiap penciptaan.
Jadi, jelaslah bahwa konsep ketuhanan Arestoteles yang menurutnya tidak mengurusi kehidupan manusia tetapi dalam konsep islam tuhan (Allah) adalah sangat peduli terhadap ciptaannya dengan mengaturnya sehingga tidak terjadi kekalang kabutan dalam hidup, sehingga dengan demikian terciptalah keharmonisan dan keteraturan hidup.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
NAMA:
E-MAIL:
KOMENTAR: