Mukjizat Penciptaan Manusia Dalam Al Qur’an
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari tanah, kemudian kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh dan terpelihara (rahim) kemudian kami menjadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging kami jadikan tulang-tulang, maka kami liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian kami menjadikannya satu bentuk yang lain. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta”[1].
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur”[2].
Proses kejadian manusia berawal dari dalam kandungan selama lebih kurang sembilan bulan. Selama di dalam kandungan kejadian manusia mengalami beberapa proses: Dari setetes air mani. Setelah beberapa lama, menjadi segumpal darah. Allah berfirman di dalam surat Al-Alaq: “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”[3]. Kemudian setelah beberapa lama menjadi segumpal daging. Kemudian dari segumpal daging tadi dijadikan tulang-tulang yang dibungkus oleh daging-daging tersebut. Kemudian dijadikanlah bentuk rupa yang sempurna.
Di dalam tafsir Mafatihul Gaib dijelaskan: “kami ciptakan seorang makhluk dalam penciptaan pertama yang akan nantinya menjadi manusia akan tetapi dia kami non aktifkan. Dia memiliki mulut tetapi bisu. Dia memiliki telingga tetapi tuli, memiliki mata tetapi buta”. (Tafsir Fakhrurozi, 85/23).
Di dalam hadits Bukhari Muslim, masa tiap-tiap perubahan adalah 40 hari dan setelah sempurna maka Allah mengutus malaikat untuk menulis empat ketentuan:
1. Menuliskan amal perbuatannya selama hidupnya
2. Menuliskan rizkinya kaya atau miskin
3. Menuliskan nasibnya baik atau buruk
4. Menuliskan ajalnya kapan, dimana dan bagaimana ia mati
Di sini penulis kemukakan juga proses penelitian para ahli yang sejalan dengan Qur`an tentang proses kejadian manusia.
Riset dan penelitian ilmiah kontemporer membuktikan bahwa Al-Quran banyak memiliki tanda-tanda ilmiah (sains). Hal ini diperkuat dengan banyaknya lahir buku-buku yang membahas korelasi antara Al-Quran dan sains modern. Meskipun Al-Quran bukanlah buku sains, namun jika ia sarat dengan sinyal-sinyal sains; hal ini tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Hal ini disinyalir oleh Dr. Dzakir Abdul Karim (2003) bahwa Al-Quran bukanlah buku sains, tetapi ia adalah buku yang memuat tanda-tanda (sains) saja. Di dalamnya terdapat 6.000 ayat lebih dan sekitar 100 ayat lebih berbicara masalah sains tersebut.
Dr. Ahmad Syauqi al-Fanjary (2000) menyatakan bahwa masalah reproduksi (al-tanâsul) dan pertumbuhan embrio (nasy’ah al-janîn) merupakan salah satu rahasia ilmiah yang sangat kompleks. Ia begitu rahasia bagi manusia hingga ditemukannya mikroskop yang canggih, seperti mikroskop elektron yang mampu membesarkan benda hingga mencapai 200.000 kali. Hal ini tidak ada sebelumnya, kecuali pada abad ke-20.
Hal ini juga disinyalir oleh Dr. Zakaria Hamîmiy di dalam bukunya al-‘I`jâz al-`Ilmiy fî al-Qur’ân al-Karîm bahwa hingga mendekati abad ke-19 para ahli embrio (ulamâ` al-‘ajinnah) terbagi dua kubu; kubu pertama kelompok yang menyatakan bahwa manusia telah menjadi makhluk (tercipta) dengan sempurna di dalam sperma dalam bentuk yang hina dan kelompok kedua adalah kelompok yang menyatakan bahwa manusia telah tercipta dengan sempurna di dalam sel telur (ovum) seorang wanita. Beliau kemudian menjelaskan bahwa di saat para ilmuwan itu belum mampu untuk mengetahui kebenaran tersebut, kita melihat bahwa Al-Quran sejak empat belas abad silam telah memastikan hal itu…[4]
Hal tidak diragukan lagi merupakan salah satu mukjizat ilmiah dalam Islam yang dikemas dalam Al-Quran sebagai wahyu pamungkas bagi manusia.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”[5].
Menurut Dr. Zagloul Najjar, surat tersebut dinamakan dengan surat “Al-`Alaq” karena di dalamnya terdapat fase penciptaan manusia. Dimana bentuk dan cara makan embrio itu menyerupai lintah (dûdah al-`alaq)[6].
Adalah Dr. Keith L. Moore, seorang ilmuwan Barat kontemporer pertama yang menulis tentang kelebihan Al-Quran yang lebih maju dalam embriologi. Beliau menulis sebuah buku yang berjudul The Developing Human. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan diajarkan di berbagai fakultas kedokteran di Amerika, Jepang, Jerman dan seluruh negara-negara di dunia sebagai referensi embriologi.
Dr. Ketih L. Moore sendiri belum memiliki informasi bahwa awal dari jadinya embrio berbentuk seperti segumpal darah (`alaqah). Untuk menguji kebenaran tersebut, beliau melakukan riset fase awal embrio dalam sebuah mikroskop di laboratorium pribadinya. Beliau melakukan komparasi catatannya dengan bentuk segumpal darah tersebut. Setelah itu beliau sangat tercengang ketika melihat kesamaan bentuk antara keduanya. Akhirnya, beliau memperoleh berbagai informasi (pengetahuan) yang belum diketahuinya dari Al-Quran. Terbukti bahwa Al-qur`an telah menceritakan salah satu kemukjizatanya.
Selanjutnya, fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun para ahli embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah (mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada fase ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-rongga) di atasnya.
Realitanya, ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah (rongga-rongga) dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat dengan kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ tubuh dan anggota-anggotanya.
Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain. Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak digunakan kecuali di dalam Al-Quran.
Dari penjelasan singkat di atas dapat ditarik sebuah konklusi bahwa Al-Quran bukan hanya sebagai kitab suci yang membacanya merupakan ibadah, namun ia juga merupakan sebuah kitab yang banyak mengandung tanda-tanda ilmiah. Hal ini semakin membuktikan bahwa Al-Quran itu benar-benar wahyu dari Allah, bukan buatan Muhammad SAW. Fakta ini telah banyak dibuktikan oleh para ilmuwan Barat, seperti Maurice Bucaille, Moris Bokay dan yang lainnya. Dan akhirnya mereka mengakui keagungan agama Islam lalu memeluknya.
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dll. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan di dunia ini supaya selamat di dunia dan akhirat nanti?.
[1] QS. Al Mu’minun: 12-15
[2] QS. Addahr: 2
[3] QS 96. Al-’Alaq: 2
[4] Dr. Zakaria Hamîmiy, 2002: 92
[5] QS. Al-`Alaq: 1-2
[6] Harian Ahram, 11/10/2004
Nomor 26/Edisi VI/Th. I
12.25.2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
penciptaan manusia
Mukjizat Penciptaan Manusia Dalam Al Qur’an
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari tanah, kemudian kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh dan terpelihara (rahim) kemudian kami menjadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging kami jadikan tulang-tulang, maka kami liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian kami menjadikannya satu bentuk yang lain. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta”[1].
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur”[2].
Proses kejadian manusia berawal dari dalam kandungan selama lebih kurang sembilan bulan. Selama di dalam kandungan kejadian manusia mengalami beberapa proses: Dari setetes air mani. Setelah beberapa lama, menjadi segumpal darah. Allah berfirman di dalam surat Al-Alaq: “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”[3]. Kemudian setelah beberapa lama menjadi segumpal daging. Kemudian dari segumpal daging tadi dijadikan tulang-tulang yang dibungkus oleh daging-daging tersebut. Kemudian dijadikanlah bentuk rupa yang sempurna.
Di dalam tafsir Mafatihul Gaib dijelaskan: “kami ciptakan seorang makhluk dalam penciptaan pertama yang akan nantinya menjadi manusia akan tetapi dia kami non aktifkan. Dia memiliki mulut tetapi bisu. Dia memiliki telingga tetapi tuli, memiliki mata tetapi buta”. (Tafsir Fakhrurozi, 85/23).
Di dalam hadits Bukhari Muslim, masa tiap-tiap perubahan adalah 40 hari dan setelah sempurna maka Allah mengutus malaikat untuk menulis empat ketentuan:
1. Menuliskan amal perbuatannya selama hidupnya
2. Menuliskan rizkinya kaya atau miskin
3. Menuliskan nasibnya baik atau buruk
4. Menuliskan ajalnya kapan, dimana dan bagaimana ia mati
Di sini penulis kemukakan juga proses penelitian para ahli yang sejalan dengan Qur`an tentang proses kejadian manusia.
Riset dan penelitian ilmiah kontemporer membuktikan bahwa Al-Quran banyak memiliki tanda-tanda ilmiah (sains). Hal ini diperkuat dengan banyaknya lahir buku-buku yang membahas korelasi antara Al-Quran dan sains modern. Meskipun Al-Quran bukanlah buku sains, namun jika ia sarat dengan sinyal-sinyal sains; hal ini tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Hal ini disinyalir oleh Dr. Dzakir Abdul Karim (2003) bahwa Al-Quran bukanlah buku sains, tetapi ia adalah buku yang memuat tanda-tanda (sains) saja. Di dalamnya terdapat 6.000 ayat lebih dan sekitar 100 ayat lebih berbicara masalah sains tersebut.
Dr. Ahmad Syauqi al-Fanjary (2000) menyatakan bahwa masalah reproduksi (al-tanâsul) dan pertumbuhan embrio (nasy’ah al-janîn) merupakan salah satu rahasia ilmiah yang sangat kompleks. Ia begitu rahasia bagi manusia hingga ditemukannya mikroskop yang canggih, seperti mikroskop elektron yang mampu membesarkan benda hingga mencapai 200.000 kali. Hal ini tidak ada sebelumnya, kecuali pada abad ke-20.
Hal ini juga disinyalir oleh Dr. Zakaria Hamîmiy di dalam bukunya al-‘I`jâz al-`Ilmiy fî al-Qur’ân al-Karîm bahwa hingga mendekati abad ke-19 para ahli embrio (ulamâ` al-‘ajinnah) terbagi dua kubu; kubu pertama kelompok yang menyatakan bahwa manusia telah menjadi makhluk (tercipta) dengan sempurna di dalam sperma dalam bentuk yang hina dan kelompok kedua adalah kelompok yang menyatakan bahwa manusia telah tercipta dengan sempurna di dalam sel telur (ovum) seorang wanita. Beliau kemudian menjelaskan bahwa di saat para ilmuwan itu belum mampu untuk mengetahui kebenaran tersebut, kita melihat bahwa Al-Quran sejak empat belas abad silam telah memastikan hal itu…[4]
Hal tidak diragukan lagi merupakan salah satu mukjizat ilmiah dalam Islam yang dikemas dalam Al-Quran sebagai wahyu pamungkas bagi manusia.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”[5].
Menurut Dr. Zagloul Najjar, surat tersebut dinamakan dengan surat “Al-`Alaq” karena di dalamnya terdapat fase penciptaan manusia. Dimana bentuk dan cara makan embrio itu menyerupai lintah (dûdah al-`alaq)[6].
Adalah Dr. Keith L. Moore, seorang ilmuwan Barat kontemporer pertama yang menulis tentang kelebihan Al-Quran yang lebih maju dalam embriologi. Beliau menulis sebuah buku yang berjudul The Developing Human. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan diajarkan di berbagai fakultas kedokteran di Amerika, Jepang, Jerman dan seluruh negara-negara di dunia sebagai referensi embriologi.
Dr. Ketih L. Moore sendiri belum memiliki informasi bahwa awal dari jadinya embrio berbentuk seperti segumpal darah (`alaqah). Untuk menguji kebenaran tersebut, beliau melakukan riset fase awal embrio dalam sebuah mikroskop di laboratorium pribadinya. Beliau melakukan komparasi catatannya dengan bentuk segumpal darah tersebut. Setelah itu beliau sangat tercengang ketika melihat kesamaan bentuk antara keduanya. Akhirnya, beliau memperoleh berbagai informasi (pengetahuan) yang belum diketahuinya dari Al-Quran. Terbukti bahwa Al-qur`an telah menceritakan salah satu kemukjizatanya.
Selanjutnya, fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun para ahli embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah (mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada fase ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-rongga) di atasnya.
Realitanya, ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah (rongga-rongga) dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat dengan kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ tubuh dan anggota-anggotanya.
Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain. Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak digunakan kecuali di dalam Al-Quran.
Dari penjelasan singkat di atas dapat ditarik sebuah konklusi bahwa Al-Quran bukan hanya sebagai kitab suci yang membacanya merupakan ibadah, namun ia juga merupakan sebuah kitab yang banyak mengandung tanda-tanda ilmiah. Hal ini semakin membuktikan bahwa Al-Quran itu benar-benar wahyu dari Allah, bukan buatan Muhammad SAW. Fakta ini telah banyak dibuktikan oleh para ilmuwan Barat, seperti Maurice Bucaille, Moris Bokay dan yang lainnya. Dan akhirnya mereka mengakui keagungan agama Islam lalu memeluknya.
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dll. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan di dunia ini supaya selamat di dunia dan akhirat nanti?.
[1] QS. Al Mu’minun: 12-15
[2] QS. Addahr: 2
[3] QS 96. Al-’Alaq: 2
[4] Dr. Zakaria Hamîmiy, 2002: 92
[5] QS. Al-`Alaq: 1-2
[6] Harian Ahram, 11/10/2004
Nomor 26/Edisi VI/Th. I
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari tanah, kemudian kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh dan terpelihara (rahim) kemudian kami menjadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging kami jadikan tulang-tulang, maka kami liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian kami menjadikannya satu bentuk yang lain. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta”[1].
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur”[2].
Proses kejadian manusia berawal dari dalam kandungan selama lebih kurang sembilan bulan. Selama di dalam kandungan kejadian manusia mengalami beberapa proses: Dari setetes air mani. Setelah beberapa lama, menjadi segumpal darah. Allah berfirman di dalam surat Al-Alaq: “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”[3]. Kemudian setelah beberapa lama menjadi segumpal daging. Kemudian dari segumpal daging tadi dijadikan tulang-tulang yang dibungkus oleh daging-daging tersebut. Kemudian dijadikanlah bentuk rupa yang sempurna.
Di dalam tafsir Mafatihul Gaib dijelaskan: “kami ciptakan seorang makhluk dalam penciptaan pertama yang akan nantinya menjadi manusia akan tetapi dia kami non aktifkan. Dia memiliki mulut tetapi bisu. Dia memiliki telingga tetapi tuli, memiliki mata tetapi buta”. (Tafsir Fakhrurozi, 85/23).
Di dalam hadits Bukhari Muslim, masa tiap-tiap perubahan adalah 40 hari dan setelah sempurna maka Allah mengutus malaikat untuk menulis empat ketentuan:
1. Menuliskan amal perbuatannya selama hidupnya
2. Menuliskan rizkinya kaya atau miskin
3. Menuliskan nasibnya baik atau buruk
4. Menuliskan ajalnya kapan, dimana dan bagaimana ia mati
Di sini penulis kemukakan juga proses penelitian para ahli yang sejalan dengan Qur`an tentang proses kejadian manusia.
Riset dan penelitian ilmiah kontemporer membuktikan bahwa Al-Quran banyak memiliki tanda-tanda ilmiah (sains). Hal ini diperkuat dengan banyaknya lahir buku-buku yang membahas korelasi antara Al-Quran dan sains modern. Meskipun Al-Quran bukanlah buku sains, namun jika ia sarat dengan sinyal-sinyal sains; hal ini tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Hal ini disinyalir oleh Dr. Dzakir Abdul Karim (2003) bahwa Al-Quran bukanlah buku sains, tetapi ia adalah buku yang memuat tanda-tanda (sains) saja. Di dalamnya terdapat 6.000 ayat lebih dan sekitar 100 ayat lebih berbicara masalah sains tersebut.
Dr. Ahmad Syauqi al-Fanjary (2000) menyatakan bahwa masalah reproduksi (al-tanâsul) dan pertumbuhan embrio (nasy’ah al-janîn) merupakan salah satu rahasia ilmiah yang sangat kompleks. Ia begitu rahasia bagi manusia hingga ditemukannya mikroskop yang canggih, seperti mikroskop elektron yang mampu membesarkan benda hingga mencapai 200.000 kali. Hal ini tidak ada sebelumnya, kecuali pada abad ke-20.
Hal ini juga disinyalir oleh Dr. Zakaria Hamîmiy di dalam bukunya al-‘I`jâz al-`Ilmiy fî al-Qur’ân al-Karîm bahwa hingga mendekati abad ke-19 para ahli embrio (ulamâ` al-‘ajinnah) terbagi dua kubu; kubu pertama kelompok yang menyatakan bahwa manusia telah menjadi makhluk (tercipta) dengan sempurna di dalam sperma dalam bentuk yang hina dan kelompok kedua adalah kelompok yang menyatakan bahwa manusia telah tercipta dengan sempurna di dalam sel telur (ovum) seorang wanita. Beliau kemudian menjelaskan bahwa di saat para ilmuwan itu belum mampu untuk mengetahui kebenaran tersebut, kita melihat bahwa Al-Quran sejak empat belas abad silam telah memastikan hal itu…[4]
Hal tidak diragukan lagi merupakan salah satu mukjizat ilmiah dalam Islam yang dikemas dalam Al-Quran sebagai wahyu pamungkas bagi manusia.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”[5].
Menurut Dr. Zagloul Najjar, surat tersebut dinamakan dengan surat “Al-`Alaq” karena di dalamnya terdapat fase penciptaan manusia. Dimana bentuk dan cara makan embrio itu menyerupai lintah (dûdah al-`alaq)[6].
Adalah Dr. Keith L. Moore, seorang ilmuwan Barat kontemporer pertama yang menulis tentang kelebihan Al-Quran yang lebih maju dalam embriologi. Beliau menulis sebuah buku yang berjudul The Developing Human. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan diajarkan di berbagai fakultas kedokteran di Amerika, Jepang, Jerman dan seluruh negara-negara di dunia sebagai referensi embriologi.
Dr. Ketih L. Moore sendiri belum memiliki informasi bahwa awal dari jadinya embrio berbentuk seperti segumpal darah (`alaqah). Untuk menguji kebenaran tersebut, beliau melakukan riset fase awal embrio dalam sebuah mikroskop di laboratorium pribadinya. Beliau melakukan komparasi catatannya dengan bentuk segumpal darah tersebut. Setelah itu beliau sangat tercengang ketika melihat kesamaan bentuk antara keduanya. Akhirnya, beliau memperoleh berbagai informasi (pengetahuan) yang belum diketahuinya dari Al-Quran. Terbukti bahwa Al-qur`an telah menceritakan salah satu kemukjizatanya.
Selanjutnya, fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun para ahli embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah (mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada fase ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-rongga) di atasnya.
Realitanya, ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah (rongga-rongga) dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat dengan kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ tubuh dan anggota-anggotanya.
Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain. Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak digunakan kecuali di dalam Al-Quran.
Dari penjelasan singkat di atas dapat ditarik sebuah konklusi bahwa Al-Quran bukan hanya sebagai kitab suci yang membacanya merupakan ibadah, namun ia juga merupakan sebuah kitab yang banyak mengandung tanda-tanda ilmiah. Hal ini semakin membuktikan bahwa Al-Quran itu benar-benar wahyu dari Allah, bukan buatan Muhammad SAW. Fakta ini telah banyak dibuktikan oleh para ilmuwan Barat, seperti Maurice Bucaille, Moris Bokay dan yang lainnya. Dan akhirnya mereka mengakui keagungan agama Islam lalu memeluknya.
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dll. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan di dunia ini supaya selamat di dunia dan akhirat nanti?.
[1] QS. Al Mu’minun: 12-15
[2] QS. Addahr: 2
[3] QS 96. Al-’Alaq: 2
[4] Dr. Zakaria Hamîmiy, 2002: 92
[5] QS. Al-`Alaq: 1-2
[6] Harian Ahram, 11/10/2004
Nomor 26/Edisi VI/Th. I
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
NAMA:
E-MAIL:
KOMENTAR: